Selasa, 17 Januari 2012

JOKPIN

JOKPIN
Ayahnya mengharapkan jadi pastur, jalan puisi menjadikannya penyair.
Oleh Fahri Salam


—semua foto oleh Kiki Kurniawan

TUBUHNYA KURUS. Bibir bawah tebal. Sepasang mata menjorok ke dalam. Alis lebat. Rambut  terpotong pendek dan ditumbuhi uban. Wajah tirus. Pembawaan kalem. Ia pendiam. Pelamun suntuk. Perokok berat. Dua bungkus dalam sehari. Jenis rokok yang sama selama 25 tahun. Pernah seniman monolog Butet Kartaredjasa berkomentar, harusnya produsen rokok itu memberinya penghargaan. ”Bayangkan, sudah 25 tahun!” Ia tertawa.
Sesungguhnya, ia tipe manusia konvensional dalam memerlakukan dunia keseharian. Ia minum dari gelas yang sama, duduk di bangku yang sama, menikmati saat rehat di waktu yang sama; bertahun-tahun tanpa nada perubahan dramatis. Nurnaeni menceritakan, saat masih tinggal di Patangpuluhan, suaminya tak pernah beranjak dari kursi ruang tamu yang sama. Bahkan sekalipun ada kursi kosong di sekitarnya!